Sri Mulyani Diganti Viral di Medsos: Sorakan Publik, Ketidakpastian Ekonomi, dan Masa Depan Fiskal
Pada tanggal 8 September 2025, Presiden Prabowo Subianto melakukan reshuffle kabinet besar-besaran yang mencakup pergantian Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dengan Purbaya Yudhi Sadewa reuters . Keputusan ini langsung mengguncang pasar, terbukti dari penurunan indeks saham dan pelemahan rupiah Reuters.
Namun lebih dari itu, di ruang publik—khususnya media sosial—peristiwa ini menjadi fenomena viral yang memicu debat sengit antara rasa kehilangan dan harapan baru.
1. Diskursus Medsos: Kecewa, Mengapresiasi, atau Meragukan?
Sejak reshuffle diumumkan, nama Sri Mulyani langsung menduduki trending topic di platform X dengan ribuan cuitan detikinet. Respons netizen pun terbagi atas beragam spektrum:
Penghormatan dan rasa terima kasih: Banyak yang mengapresiasi dedikasi Sri Mulyani selama menjabat. Misalnya komentar:
“Thank you ibu Sri Mulyani. She doesn't deserve the hate that she got. She is competent...” detikinet
Kecewa atas penggantiannya: Ungkapan kehilangan mencuat dari banyak warganet:
“Sedih sih, tapi akhirnya bisa istirahat ya bu. Terima kasih bu Sri Mulyani.” detikinet
“Kecewa karena penggantinya gak tau apa prestasinya, takutnya makin parah dinaikin pajak kita.” Ayo Bandung
Keprihatinan pada pasar keuangan: Sejumlah netizen menyoroti gejolak IHSG dan IDR:
“Welcome idr melemah, secara Sri Mulyani ini di percaya ama investor, saham IHSG memerah.”Beritajateng.tv
Perdebatan ini merefleksikan bagaimana figur Sri Mulyani bukan sekadar menteri, tapi simbol stabilitas fiskal—figur yang dikenal tegas dan kredibel.
2. Pencopotan vs. Pengunduran Diri: Sikap Resmi Istana
Adanya rumor bahwa Sri Mulyani mengundurkan diri karena tekanan politik dan serangan saat rumahnya dijarah pun berkembang. Namun, Istana menegaskan bahwa keputusan reshuffle adalah hak prerogatif presiden, dan tidak mengonfirmasi apakah ini pengunduran diri atau pencopotan CNBC Indonesia
Pernyataan ini menambah ketidakjelasan yang berujung pada spekulasi publik, memperluas ruang diskusi di media sosial tentang transparansi dan legitimasi keputusan politik semacam ini.
3. Makna Sosial: Antara Rasa Hormat dan Kerinduan
Media sosial mencerminkan dua dimensi sekaligus: rasa hormat kepada figur negarawan yang kompeten, serta kerinduan terhadap kepemimpinan yang tegas dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi. Sri Mulyani memang punya rekam jejak kuat—mengelola pandemi, menjaga defisit, dan memodernisasi sistem pajak Reuters
Selain itu, ia juga penegak kehati-hatian fiskal yang dalam periode terakhir sering dianggap sebagai “counterweight” terhadap kecenderungan pengeluaran negara yang masif Reuters
4. Pasar dan Politik: Antara Optimisme dan Kekhawatiran
Pergantian ini tidak lepas dari sorotan global. Media seperti Reuters, AP, dan FT menyoroti gejolak ekonomi, protes publik, dan potensi pergeseran arah kebijakan fiskal Reuters.
Purbaya Yudhi Sadewa, pengganti Sri Mulyani, masih dianggap kurang memiliki rekam jejak kuat dalam manajemen fiskal—meski ia menjanjikan stabilisasi ekonomi dan pertumbuhan lebih cepat Reuters
Investor pun was-was: “Apakah kebijakan fiskalnya akan longgar? Apakah defisit akan melebar?” adalah pertanyaan nyata yang membayangi pasar.
5. Fenomena Viral Anak Menteri: Nuansa Tambahan
Tak hanya Sri Mulyani saja yang jadi pusat perhatian—unggahan anak Menteri Keuangan baru, Yudo, juga viral. Dalam sebuah posting yang menyindir Sri Mulyani, akun Instagram Yudo menghilang tak lama setelah itu Riau Pos. Kejadian ini menambah bobot drama media sosial, memicu tawa sekaligus kritik terhadap dinamika elit dan perilaku keluarga pejabat.
6. Kesimpulan: Warisan Sri Mulyani dan Harapan Publik
Peristiwa ini mengungkapkan kompleksitas hubungan antara kebijakan publik dan persepsi publik. Media sosial menjadi panggung bagi berbagai suara: yang kehilangan, yang mencemaskan, dan juga yang berharap pada pergantian. Namun, satu hal yang pasti adalah: Sri Mulyani telah mencetak jejak sebagai penjaga stabilitas fiskal—yang dipuja tak sekadar soal prestasi, tapi juga soal keteladanan yang jarang terjadi.
Ke depan, publik akan menanti apakah pemerintahan baru akan konsisten dalam kehati-hatian fiskal, atau memilih jalur populis yang berisiko meningkatkan ketimpangan dan menurunkan kepercayaan investor.
Penggantian Sri Mulyani adalah titik balik: apakah ini awal dari era baru fiskal yang membuka jalan pertumbuhan inklusif, atau justru transisi yang menumbuhkan ketidakpastian? Waktu dan kebijakan konkret yang akan menjawab semua itu.
Komentar
Posting Komentar