Pertimbangkan Ini Sebelum Memutuskan Alih Profesi



PANDEMI virus korona (covid-19) telah menghentikan hampir semua aktivitas.

Beberapa perusahan merugi karena tidak ada pemasukan, karyawan di rumahkan dan bahkan ada pula yang jadi kehilangan pekerjaan.

Namun, berada di situasi antah-berantah bukan berarti harus pasrah pada keadaan.

Anda harus membuat pilihan, alih profesi dulu ketika rutinitas kerja Anda diliburkan. Tujuannya adalah memastikan pemasukan tetap ada, yang penting halal.

Alih profesi berbeda dengan pindah kerja. Saat Anda beralih profesi, ini artinya Anda melakukan perubahan jalur karir, di mana Anda pindah kerja ke bidang yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya. Misalnya, kalau sebelumnya Anda bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan, Anda memutuskan untuk alih profesi sebagai anggota tim Human Resource Development (HRD) di perusahaan lain.

Ada yang bilang alih profesi merupakan cara tepat untuk mengembangkan karir dan menambah pengalaman baru. Selain itu, Anda akan keluar dari zona nyaman dan harus berjuang dengan tantangan baru yang pasti berbeda dari pekerjaan sebelumnya.

Namun sebelum Anda memutuskan alih profesi, baiknya Anda pertimbangkan lima hal berikut ini terlebih dahulu.

1. Usia Masih Produktif

Idealnya, keputusan untuk alih profesi harus diambil saat Anda masih muda dan berusia produktif. Ada kecenderungan usia di atas 30 tahun akan menyulitkan Anda untuk alih profesi di sektor formal, karena tidak mengikuti standar usia yang ditentukan perusahaan. Belum lagi persepsi pihak perusahaan kalau Anda sudah cukup matang dan sulit “berubah” karena Anda sudah expert di bidang sebelumnya.

Meskipun demikian, ada juga beberapa pekerjaan tidak mempermasalahkan umur. Misalnya saja bila Anda memilih bekerja di non government organization (NGO) atau pun di kedutaan asing. Selama Anda bisa membuktikan diri sebagai kandidat yang terbaik, kenapa tidak?

2. Cukupkah Ilmu Baru Anda?

Pastikan Anda sudah memiliki ilmu dan skill yang cukup untuk profesi baru tersebut. Hal ini penting supaya Anda bisa bersaing dengan kompetitor yang punya misi sama.

Jangan sampai Anda sudah memiliki ilmu dan skill yang cukup untuk profesi baru tersebut. Hal ini penting supaya Anda bisa bersaing dengan kompetitor yang punya misi sama.

Jangan sampai Anda memutuskan alih profesi tetapi bekal yang Anda miliki masih pas-pasan. Akibatnya Anda akan sulit memasarkan diri Anda secara maksimal.

3. Jaringan yang Luas

Alih profesi juga membutuhkan jaringan yang luas. Mungkin Anda selama ini sering menerima informasi pekerjaan dari rekan-rekan Anda yang berprofesi sama. Nah, Anda juga harus punya jaringan yang bisa memberikan informasi pekerjaan untuk profesi yang baru.

Anda dapat memperkuat jaringan dengan menggunakan media sosial berbasis karir, maupun aktif menghadiri acara yang dihadiri para pelaku industri tersebut.

4. Siap Ambil Risiko

Alih profesi berarti Anda siap mengambil risiko. Risiko yang paling jelas adalah kemungkinan Anda sulit mendapatkan pekerjaan yang Anda inginkan karena Anda harus bersaing dengan orang lain yang mungkin sudah memiliki pengalaman di bidang tersebut. Atau jika Anda ingin pindah ke profesi yang standar gajinya tidak setinggi profesi Anda saat ini, Anda harus siap menerima pemasukan yang mungkin jumlahnya lebih rendah.

Untuk menghindari hal ini, baiknya Anda terus mengasah keahlian baru Anda selama masih bekerja di pekerjaan sebelumnya, agar bila kesempatan datang, Anda bisa langsung menekuni profesi baru tersebut dengan modal ilmu yang cukup. Jika memang profesi incaran Anda memiliki standar gaji yang lebih rendah, pastikan kondisi keuangan Anda tak akan terganggu, misalnya dengan mencari pekerjaan sampingan, atau menabung dulu sebanyak mungkin di perusahaan lama sebelum akhirnya pindah ke profesi lain.

5. Mulai dari Bawah Lagi

Ada kalanya alih profesi berarti Anda harus siap memulai segala sesuatu dari bawah lagi. Misalnya kalau di profesi sebelumnya level Anda adalah manajer, maka di profesi baru Anda harus siap menjadi supervisor atau pegawai biasa karena belum memiliki pengalaman yang cukup. Belum lagi gaji yang mungkin lebih rendah dari sebelumnya.

Jangan kecil hati. Justru ini bisa menjadi motivasi dan membuat Anda lebih bersemangat untuk mengejar ketertinggalan. Apalagi meskipun Anda masih tergolong baru di industri ini, toh Anda sudah punya pengalaman di tempat sebelumnya, misalnya dalam hal manajemen, problem solving, dan sebagainya, yang tentunya bisa diterapkan di perusahaan baru ini, apapun industrinya.

Pekerjaan yang dilakoni tanpa passion biasanya sulit membawa Anda mencapai puncak karir tertinggi. Jadi jangan takut memulai dari awal untuk sesuatu yang menjadi panggilan hati. Siapa tahu rezeki Anda memang di sini?

Komentar